Sabtu, 09 Agustus 2008

Depresi

ReferatDEPRESI PASCA RESIDUAL

PENDAHULUAN

Setiap tahap perubahan dalam perjalanan hidup manusia senantiasa mendatangkan perasaan tegang atau stres dalam jiwa manusia. Perasaan tegang juga timbul karena mengalami situasi yang sama sekali tidak diduga dan tidak diharapkan terjadi dalam hidupnya. Depresi biasanya terjadi saat stres yang dialami seseorang tidak kunjung reda, atau dapat pula berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru terjadi atau menimpa seseorang. Banyak orang yang enggan mengaku mengalami depresi karena khawatir dianggap sakit jiwa. Padahal, depresi sebagai gangguan mental yang paling banyak menimbulkan beban disabilitas, meningkatkan morbiditas, mortalitas dan risiko bunuh diri, serta bisa berdampak menurunkan kualitas hidup pasien dan seluruh keluarganya. 1

Walaupun telah majunya perkembangan psikiatri biologik, tapi diagnosa dan klasifikasi gangguan afektif masih agak simpang siur. Hal ini karena adanya multifaktorial genesis yaitu selain adanya kelainan dalam bidang organobiologik, dapat juga karena adanya aspek stres psikososial dan gambaran kepribadian turut berperan.2


DEFINISI

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya serta gagasan bunuh diri. Dengan kata lain, depresi merupakan suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang menahun mencakup terdapatnya gangguan alam perasaan yang depresif (tertekan), hilangnya minat atau rasa senang dalam semua segi kegiatan kehidupan, termasuk lenyapnya semangat melakukan semua aktivitas yang disenangi dalam waktu senggangnya. Kondisi gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu.1,3

Dari sudut psikodinamik, depresi adalah suatu “reaksi” terhadap “sesuatu yang hilang”. Kehilangan yang dialami tidak hanya sesuatu yang baru terjadi (recent loss) tetapi bisa merupakan kehilangan pada masa lampau yang direpresentasikan masa sekarang.3


INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

Sekitar 10% orang yang mengunjungi dokter untuk keluhan psikisnya sesunguhnya menderita depresi. Depresi mulai timbul pada usia 25-44 tahun. Suatu episode depresi biasanya berlangsung selama 6-9 bulan, tetapi pada 15% - 20% penderita, mengalami episode depresi sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung berulang sebanyak beberapa kali. 1,4,5

Prevalensi gangguan depresi setiap tahunnya berkisar antara 5%-10%, sementara selama hidup pada setiap orang prevalensinya bisa mencapai dua kali lipat. Wanita dua kali lipat lebih berisiko mengalami depresi dibanding pria.5,6 Survei WHO di 14 negara tahun 1990 memperlihatkan depresi merupakan masalah kesehatan yang mengakibatkan beban sosial nomor empat terbesar di dunia. Prediksi WHO dalam dua dekade mendatang diperkirakan lebih dari 300 juta penduduk dunia menderita depresi. Tahun 2020 diperkirakan depresi akan menempati masalah kesehatan nomor dua terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskuler. Dari American Journal of Psychiatry menyebutkan, pasien yang dirawat hingga mencapai remisi dan recovery tidak kambuh selama 5 tahun. Namun pasien yang dirawat tanpa mencapai remisi sangat potensial mengalami kekambuhan setelah 23 hari perawatan.6


ETIOPATOFISIOLOGI 1-5,7

Penyebab gangguan depresi tidak diketahui dengan pasti. Penyebabnya multifaktorial. Mulai dari faktor gangguan biologik (termasuk faktor genetik) dan faktor psikososial.

  • Faktor Biologik

Diduga kuat bahwa norepinefrine dan serotonin adalah dua jenis neurotransmitter yang bertanggung jawab mengendalikan patofisiologi gangguan alam perasaan pada manusia. Pada binatang percobaan, pemberian antidepresan dalam waktu sekurang-kurangnya dua sampai tiga minggu, berkaitan dengan melambatnya penurunan sensitifitas pada receptor post synapyic beta adrenergic dan 5HT2. Temuan terakhir penelitian biogenik amine menunjukkan dukungan terhadap hipotesa bahwa pada gangguan alam perasaan (mood) pada umumnya, khususnya episode depresif terjadi kekacauan regulasi norepinefrine dan serotonin di jaringan otak yang dapat dikoreksi oleh zat depresan dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu. Disfungsi hipotalamus berakibat perubahan regulasi tidur, selera makan, dorongan seksual dan memacu perubahan biologik dalam bidang endokrin dan imunologik.

  • Masalah Genetik

Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar dan tipe unipolar memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasarkan etiologi biologik. Gangguan bipolar lebih kuat menurun dibandingkan unipolar. Jika satu orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan, bila kedua orang tua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan.

  • Psikososial

Peristiwa traumatik kehidupan dan lingkungan sosial dengan suasana yang menegangkan dapat menjadi kausa gangguan depresi. Secara psikososial, depresi dikaitkan dengan distorsi pola asuh di masa kanak-kanak, buruknya dukungan sosial, disfungsi relasi antarindividu, adanya peristiwa hidup yang menyakitkan seperti bencana alam, dan lain-lain.


GEJALA KLINIS

Pemulihan atau remisi dan recovery merupakan standar yang ingin dicapai dalam penanganan depresi. Pada masa pemulihan, penderita amat berisiko mengalami gejala sisa seperti perasaan sedih, cemas dan susah. Gejala sisa ini dapat menimbulkan kekambuhan (relaps) atau gejala berulang yang bisa menyebabkan penderita kembali mengalami depresi (recurrence). Karena itu, dalam penyakit ini dikenal istilah siklus berulang atau depression cycle.6

Gejala utama episode depresi (pada derajat ringan, sedang dan berat) antara lain :7

  • Afek depresif

  • Kehilangan minat dan kegembiraan

  • Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya :7

    • Konsentrasi dan perhatian berkurang

    • Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

    • Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

    • Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

    • Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

    • Tidur terganggu

    • Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi perode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.


DIAGNOSIS

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan tanda-tanda dan gejalanya. Riwayat depresi sebelumnya atau riwayat keluarga dengan depresi bisa memperkuat diagnosis.4

Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik gangguan depresif yang berulang :7

  1. Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :

    • episode depresi ringan (F32.0)

    • episode depresi sedang (F32.1)

    • episode depresi berat (F32.3)

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan. Akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.

  1. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2). Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi)

  2. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap,terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori harus tetap digunakan).

  3. Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).

F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Pedoman Diagnostik :

Untuk diagnosis pasti

  • Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) dan

  • Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal dua minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

  • Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi sedang(F32.1) dan

  • Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

  • Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2) dan

  • Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

  • Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3) dan

  • Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

  • Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun (F30-F39) dan

  • Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya

F33.9 Gangguan Depresif Berulang Lainnya YTT


PENGOBATAN

Pada saat ini pengobatan depresi tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Penderita yang harus dirawat inap adalah penderita yang :

  • memiliki kecenderungan bunuh diri atau merencanakan tindakan bunuh diri

  • terlalu lemah karena berat badannya turun

Pemberian obat-obatan merupakan langkah utama dalam mengobati depresi sekarang ini. Pengobatan lainnya adalah psikoterapi dan terapi elektrokonvulsif (ECT).4




PENGOBATAN FARMAKOLOGIS 1,2,4,5

Semua antidepresan yang beredar di masyarakat sekarang adalah efektif. Biasanya respon klinis didapatkan setelah pemberian dosis terapeutik selama 2-6 minggu. Obat dipilih berdasarkan keamanan dan tolerabilitasnya. Kegagalan pengobatan biasanya diakibatkan bukan karena resistensi klinis, namun karena tidak cocoknya obat yang diberikan, lama waktu pengobatan yang tidak adekuat dan dosis yang tidak cocok.

Jenis-jenis golongan obat anti depresan antara lain golongan antidepresan trisiklik, antidepresan tetrasiklik, antidepresan atipikal, SSRI (Selective serotonin reuptake inhibitor), MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitor).

Yang termasuk anti depresan trisiklik (TCAs) antara lain amitriptiline, despiramine (Norpramin), imipramine (Tofranil), nortriptyline (Pamelor), dan doxepin (Sinequan). Golongan obat ini menimbulkan efek samping berupa mengantuk, peningkatan denyut jantung, mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin dan disfungsi seksual. Obat golongan ini harus diberikan secara berhati-hati pada pasen dengan gangguan abnormalitas konduksi jantung.

Ynag termasuk antidepresan atipikal antara lain bupropion (Welbutrin), Nefazodone (Serzone), Mirtazapine (Remeron), dan trazodone (desyrel). Golongan SSRI antara lain fluoxetin (Prozac), paroxetin (Paxil), sertralin (Zoloft), duloxetine (Cymbalta) dan escitalopram (Lexapro). Sedangkan yang termasuk golongan MAOI antara lain isocarboxazide (marplan), Phenelzine (Nardil) dan iproniazid (Marsilid).


PENGOBATAN NON FARMAKOLOGIS

Terapi elektrokonvulsif atau Electroconvulsive therapy (ECT) adalah pengobatan yang sangat efektif untuk depresi dan responnya lebih cepat dari penanganan menggunakan obat. Kemajuan dalam bidang anastesi dan paralysis neuromuscular menyebabkan tindakan ini lebih aman dilakukan sekarang. Terapi elektrokonvulsif digunakan untuk mengatasi depresi berat, terutama pada :

  • penderita psikotik

  • penderita yang mengancam akan melakukan bunuh diri


PSIKOTERAPI

Psikoterapi yang dijalankan bersamaan dengan pemberian obat antidepresan memberikan hasil yang lebih baik. Psikoterapi individual maupun kelompok bisa membantu penderita secara bertahap untuk memulai kembali tanggung jawabnya yang dahulu dan menyesuaikan diri dengan tekanan kehidupan yang normal. Pada psikoterapi interpersonal, penderita menerima dukungan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidupnya. Terapi kognitif bisa membantu mengubah pikiran negative dan rasa putus asa yang dirasakan oleh pasien. Untuk depresi yang lebih ringan, psikoterapi saja sama efektifnya dengan terapi obat-obatan.4


PROGNOSIS

Pasien yang dirawat sampai tuntas (mencapai remisi dan recovery) dapat terhindar dari kekambuhan dan mampu menjalani kehidupan sosialnya dengan normal. Proses penyembuhan depresi memang tidak bisa selesai dalam jangka pendek, sebulan atau dua bulan. Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk melihat hasilnya.6

DAFTAR PUSTAKA


  1. Anwar S. Gangguan depresi jangan dianggap enteng. [Online]. 2002 Dec 27 [cited 2007 Oct 30];[5 screens]. Available from: URL:http://www.pdpersi.co.id

  2. Syiwu S. Diagnosa depresi dan pemakaian obat anti depresi secara rasional.

  3. Kaplan HI, Sadock BJ. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika;1987.

  4. Depresi. [Online]. 2004 [cited 2007 Oct 30];[5 screens]. Available from: URL:http://www.medicastore.com

  5. Bhalla RN. Depression. [Online]. 2006 Oct 30 [cited 2007 Oct 30];[14 screens]. Available from: URL:http://www.eMedicine.com/med/topic532.htm

  6. Depresi biasanya mengeluh capek. [Online] 2006 Aug 31 [cited 2007 Nov 4];[3 screens]. Available from: URL:http://www.kompas.com

  7. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Textbook of psychiatry.2nd ed. London:Churchill Livingstone;2002

  8. Maslin R,editor. Buku saku diagnosis gangguan jiwa,rujukan ringkas dari PPDGJ III.Jakarta;2003.



Tidak ada komentar: